Popular posts

Diberdayakan oleh Blogger.
On Minggu, 24 Juli 2011

"Tidak akan kamu mendapatkan kebaikan yang sempurna, sampai kamu menafkahkan apa yang kamu cintai". (QS. Ali Imran: 92).


Malam ini Ustad Abdulloh Manaf Amin dalam kajian Ahad Malam masjid Istiqomah Penumping ,Solo. Mengisahkan tentang Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib. Kisah tentang Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib dan seorang budak hitam yang masih kecil. 

Sebelumnya bagi yang belum tau siapa itu Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib? berikut ada sedikit data tentang siapa beliau ini. Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib yang dijuluki dengan Abu Ja’far ini adalah seorang sahabat yang pertama lahir di Abessina pada masa awal Islam.
Dia adalah putra dari Ja'far RA atau Ja'far Thayyar ra adalah saudara sepupu Nabi Muhammad SAW. Dia datang ke Kota Madinah bersama ayahnya dan banyak menghafal serta meriwayatkan hadis langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau wafat di Kota Madinah pada usia 80 tahun. 


Kisah ini terjadi pada sahabat Abdullah bin Ja’far. Pada suatu hari Abdullah bin ja’far ketika dalam perjalanan menuju ladangnya melewati kebun kurma milik seseorang. Kemudian karena lelah beliau istirahat di bawah naungan pohon korma guna melindugi dari sengatan matahari saudi kala itu. Dari tepat beliau istirahat dilihatnya seorang anak laki-laki kecil berkulit hitam, yang ternyata adalah seorang budak yang bekerja di kebun kurma itu. namun tiba-tiba ada anjing yang datang ke beliau, karena beliau tidak membawa bekal makanan apapun maka beliau mengusir anjing itu dan anjing tersebut lantas beralih ke budak kecil tadi.

Dari seberang Abdullah melihat anjing yang tampak kelaparan memasuki kebun kurma. Anjing itu mendekati anak kecil tersebut. Lidahnya menjulur-julur seolah menunjukkan bahwa ia tengah kelaparan. dan ketika itu budak kecil tadi  tengah membuka bekal makan siangnya saat istirahat.

Budak kecil tersebut melihatnya dan timbullah rasa iba. Dan tanpa berpikir panjang ia mengambil sepotong makanannya lalu diberikan kepada anjing itu. Dengan amat lahapnya si anjing memakannya. Si anjing kembali mendekati si budak kecil tersebut seolah-olah minta makanan lagi.

Si budak kecil tersenyum. Diberikannya sepotong makanan lagi pada anjing yang lantas memakannya dengan lahap. Tetapi itu pun belum cukup bagi si anjing, hingga ia menatap lagi kepada si budak kecil tersebut.

Kembali si budak kecil itu memberikan sepotong makanannya lagi. Hingga habislah semua perbekalan makan siangnya.

Dari tempat yang jauh Abdullah melihat dengan keheranan. Karena sangat penasaran lantas ia pun datang menghampiri si budak kecil tersebut.

"Hei, nak! Berapa banyak perbekalan makan siangmu yang kau bawa?" Budak kecil menjawab, ”Sebanyak makanan yang telah kuberikan kepada anjing ini tuan."

Abdullah tambah keheranan, lalu ia bertanya, "Mengapa engkau berikan semua kepada anjing itu? Dan engkau sendiri akan makan apa?” Tanya Abdullah.  “Wahai tuan. Tempat ini bukanlah kawasan anjing. Jadi aku yakin dia datang dari tempat yang jauh, sedang bermusafir dan tentu dia sangat lapar. Sedang aku sendiri, biarlah tidak makan hari ini sehingga esok.” Jawab si hamba.  Mendengar itu, Abdullah berseru: “Subhanallah. Bagus...bagus. Ternyata hamba itu lebih dermawan daripada saya.”

“Siapakah tuanmu? Aku ingin berjumpa, tolong panggilkan!” kata Abdullah bin Ja’far. Lalu budak kecil tersebut menyebutkan dan mempertemukannya dengan tuan si budak tersebut.

Setelah bertemu dengan tuan si budak kecil tersebut, Abdullah bin Ja’far mengutarakan keinginannya. Ia ingin membeli kebun kurma itu berikut seluruh peralatan untuk bekerja di kebun itu, termasuk juga budak kecil berhati mulia itu. Sang majikan bersedia memenuhi permintaan Abdullah bin Ja’far tersebut.

“Nak, mulai sekarang engkau menjadi orang merdeka. Dan mulai sekarang ini juga, kebun kurma berikut seluruh alat-alat kerja di kebun ini semua menjadi milikmu,” kata Abdullah bin Ja’far.

Dan jadilah kini budak kecil itu pemilik baru kebun kurma tersebut. Budak kecil itu hanya memberikan beberapa potong roti kepada anjing tersebut, tapi Allah membalasnya dengan satu bidang kebun. "Sedekah itu sesuatu yang ajaib," kata Rasulullah. "Bukan tiga potong roti itu esensi dasar penghargaan Allah. Tapi karena empatinya terhadap sang anjing, karena tiga potong roti itu merupakan kekayaan yang ia miliki dan ia rela mengorbankan nafkahnya untuk hari itu."





Followers

Cari Blog Ini